Give Our Best
January 28, 2016
Di dunia ini, sulit mencari orang yang menginginkan sesuatu yang buruk.
Semua orang pasti menginginkan yang terbaik. Sesuatu itu, baik berupa
barang, pelayanan, penghormatan, dan nasihat serta segala macam
keperluan lainnya. Sayangnya, tidak jarang segala sesuatu yang terbaik
—yang diinginkan oleh setiap orang tersebut— tidak kunjung tiba.
Sebaliknya hal-hal yang buruk, bahkan yang paling buruk menurut anggapan
kita, yang kita terima.
Di samping kesulitan mencari yang terbaik —menurut anggapan kita
sendiri yang batasannya tidak sama— juga ada jenis kesulitan lainnya.
Sangat sulit mencari orang yang mampu memberikan sesuatu yang terbaik.
Demikianlah, mendapatkan yang terbaik dan memberikan yang terbaik kepada
orang lain merupakan dua hal yang sulit dicari.
Manusia yang memiliki sifat serakah (lobha) menyebabkan mereka tidak
akan pernah merasa cukup dan merasa puas dengan apa yang sudah ia
miliki. Semua orang hanya menginginkan yang terbaik dari orang lain,
tetapi tidak pernah mau memberikan yang terbaik kepada orang lain sesuai
dengan kebutuhan orang itu.
Apabila tindakan di atas kita lalaikan, maka sulit untuk mendapatkan
hal yang terbaik, yang kita inginkan. Kita selalu merasa kurang dan
tidak mengerti apa yang sesungguhnya yang terbaik, yang kita miliki.
Bagaimana mungkin kita dapat memberikan sesuatu yang terbaik kepada
orang lain jika kita tidak tahu sesuatu yang baik,yang kita miliki. Kita
tidak bisa memberi kepada orang lain jika kita tetap merasa selalu
kekurangan.
Sebaliknya, jika kita memberikan yang terbaik untuk
orang lain, apakah sesuatu yang terbaik yang dapat kita berikan? Apakah
kita memiliki hal yang terbaik tersebut? Apakah kita tahu sesuatu yang
baik itu?
Jawabannya tergantung pada kita masing-masing. Karena ada orang yang
memiliki sesuatu yang terbaik tetapi dia sendiri tidak mengetahuinya dan
tidak mampu memberikannya. Hal ini disebabkan karena kemelekatan orang
itu sendiri.
Semua orang boleh saja berkata;
“Apa yang bisa saya berikan? Saya orang miskin, tidak punya apa-apa,
kaum papa, orang bodoh, dan selalu kalah. Tidak ada yang bisa saya
berikan”.
Ucapan yang demikian seharusnya tidak perlu muncul karena akan
mengembangkan rasa rendah diri, merasa pesimis. Ucapan seperti ini sama
sekali tidak pantas, tidak sesuai.
Kita boleh mengaku sebagai orang yang miskin, tidak punya, kaum papa,
orang bodoh, orang yang selalu kalah atau yang lainnya. Tetapi di balik
semuanya itu, sesungguhnya masih banyak yang bisa kita berikan sebagai
pemberian yang terbaik, asal kita melihat dan mengerti cara
memberikannya.
Kita tidak punya materi, tetapi kita masih memiliki yang lainnya.
Kita dapat memberikan pikiran yang baik, yang tidak diliputi keserakahan
dan kebencian. Kita bisa memberikan nasihat, petunjuk, saran-saran,
anjuran, dan yang sejenis. Inilah pemberian yang terbaik yang mampu kita
berikan.
Apakah perbuatan yang telah kita lakukan kepada orang lain tersebut
akan dibalas dengan kebaikan atau tidak? Ini merupakan masalah yang
sering menjadi dilema.
Janganlah mengharapkan balasan, pamrih atau
akibat yang akan diterima terlebih dahulu. Jika dibalas dengan
kebaikan, terimalah sebagaimana adanya. Jika dibalas dengan perhuatan
buruk, itupun kita terima dengan tangan terbuka, juga tidak menjadi
masalah. Semuanya tidak kita harapkan sebelumnya.
Bila kita memiliki sesuatu yang terbaik dan memberikan yang terbaik
kepada orang lain, mengapa harus menuntut balasan yang terbaik?
Perbuatan ini telah menunjukkan sifat manusia yang serakah, tidak ikhlas
dalam membantu orang lain karena mengharapkan balasan. Apakah kita
tidak mau disebut sebagai manusia serakah? Tentu saja, tidak!
Tanpa dimintapun, bila perbuatan baik pasti akan mendatangkan
kebahagiaan dan perbuatan buruk akan menghadirkan penderitaan. Ini sudah
merupakan hukum alam yang abadi, berlaku kapan saja, di mana saja, dan
kepada siapa saja; tanpa memandang segala macam perbedaan yang ada.
Dengan kenyataan tersebut, sudah seharusnya kita
memberikan sesuatu
yang terbaik kepada setiap orang yang sesungguhnya juga dibutuhkan oleh
semua orang. Kalau orang bisa melakukan, maka dia akan mengerti bahwa
ada sesuatu yang terbaik di dalam dirinya.
Sesuatu hal yang mustahil jika seseorang dapat memberikan sesuatu
yang terbaik kepada orang lain tanpa memiliki yang terbaik di dalam
dirinya. Dengan memberikan yang terbaik kepada orang lain, orang dapat
mengikis keserakahan yang ada di dalam dirinya sendiri.
Dengan
memberikan yang terbaik, kita akan merasa bahagia walaupun pemberian
tersebut bukan berupa materi. Kita akan memiliki sahabat yang banyak,
tidak ada perasaan cemas, takut, khawatir, dan prasangka buruk yang
lainnya. Kehidupan kita akan penuh dengan kedamaian, ketentraman,
kebahagiaan dan kesejahteraan.
Ini semua adalah akibat dari perbuatan baik yang kita praktikkan
dalam kehidupan ini. Apalagi jika telah menyadari kebenaran Hukum Kamma
yang telah ditunjukkan oleh Sang Buddha —Guru Agung junjungan kita—
sejak 2500 tahun yang silam, tentunya kita semua tidak ingin mendapatkan
hal-hal yang buruk di masa yang akan datang.
Kita semua mengharapkan segala sesuatunya lebih baik dari hari ini.
Jika kita ingin yang baik di masa yang akan datang, marilah kita menanam
perbuatan baik terlebih dahulu di masa sekarang. Jangan hanya berharap
tapi tanpa pernah menanam. Tidak ada buah yang akan dipetik tanpa bibit
yang ditanam.
Siapkan diri anda untuk menanam (memberikan) yang terbaik kepada
orang lain dan anda pasti akan menerima yang terbaik di masa yang akan
datang? Apakah anda sudah siap sekarang.
Oleh: Yang Mulia Bhikkhu Sucitto
artikelbuddhis.com