Our Information and Articles.
Read, Enjoy and Share !

[VIDEO] YOUTH OF SAMAGGI VIRIYA 1st Anniversary

YUK NONTON !!
SEKILAS PERAYAAN ULANG TAHUN KAMI YANG PERTAMA 25 DESEMBER 2016
Unknown Unknown Author

OUR FIRST ANNIVERSARY


Unknown Unknown Author

ULASAN SPD XII


Unknown Unknown Author

ULASAN SPD XI


Unknown Unknown Author

Bendera Buddhis


Unknown Unknown Author

ULASAN SPD X


Unknown Unknown Author

UCAPAN TERIMA KASIH ACARA YSV CHARITY TRIP 27 NOVEMBER 2016


Unknown Unknown Author

ULASAN SPD 2016


Unknown Unknown Author

DANA KATHINA

*Dana Kathina*
Oleh YM. Bhante Sri Pannavaro.
Kathina adalah dana kepada Sangha. Kathina bukan dana kepada pribadi bhikkhu. Tetapi dana yang harus dipersembahkan dengan pikiran dana kepada Sangha. Dhamma mengajarkan: "Tanah yang padat, lautan yang luas, gunung Mahemeru yang sangat tinggi karena waktu yang berjalan terus, karena ketidakkekalan, itupun bisa habis. Lautan bisa kering, gunung bisa hancur, tanah yang padat bisa berhamburan. Tetapi kebaikan yang kamu lakukan kepada Sangha, seratus ribu kalpa tidak akan musnah".
Kalau berdana kepada Sangha sekarang ini dan Anda mempunyai Akusalakamma yang menunda, kamma baik itu tidak mungkin akan menjadi Ahosi. Kamma baik itu tidak mungkin lenyap, menjadi kadaluarsa. Meskipun nanti seribu kalpa, dana Anda kepada Sangha itu akan berbuah.
Satu kalpa bumi ini terbentuk.....berlangsung....dan hancur kembali....demikian samapai 100.000 kali.
Seratus ribu kalpa kebaikan yang dilakukan kepada Sangha tidak akan musnah. Apa sebab? Anda berdana kepada Sangha tidak mengenal favoritisme. Karena dana yang Anda tujukan kepada Sangha ini Anda tujukan kepada semua bhikkhu yang hadir ataupun yang tidak ikut hadir, yang sekarang ataupun yang akan datang.
Demikianlah hakekat yang bisa kita petik dari setiap masa Kathina. Kita tidak ragu-ragu berdana, apa pun hendaknya kita rela memberi. Apalagi kalau kita mengerti hidup ini adalah anatta, tidak ada aku, tidak ada yang menjadi milikku, dan tidak aku yang bisa memiliki....semuanya adalah proses, pada saat kematian kita akan meninggalkan semuanya. Apa perlunya kita menyimpan terlalu banyak, kita hanya hidup secukupnya kemudian berikan semuanya untuk anak, keluarga, masyarakat dan yang lainnya. Kami para bhikkhupun sudah membuat perjanjian: "Besok kalau saya mati cukillah mata saya ini dan pakailah, kepada siapa yang membutuhkannya".
Apakah Anda mau mengikuti jejak kami? Membuat pernyataan, 'kalau mati ambillah mata saya ini, berikan kepada mereka yang membutuhkannya'. Saya lebih rela mendanakan mata saya daripada mata orang lain. Kami siap mendanakan darah kami. Bahkan ada orang yang menyatakan atau membuat wasiat: "Kalau saya mati, jangan kuburkan saya, jangan bakar saya, saya mendanakan jasmani saya ini. Aapa pun yang bisa diambil, ambillah! Ginjal mau diambil...ambillah! Mata mau diambil....ambillah!"
Betapa bahagianya orang yang berdana. Marilah kita bertekad meskipun tidak mampu, aku rela memberikan apapun kepada siapapun yang membutuhkannya". Sang Buddha mengatakan: "Apakah yang bisa diperoleh dari dana? Nama harum, wajah cantik, usia panjang, kekayaan, pangkat, kekuasaan, pengaruh, raja besar, menjadi dewa, kehidupan di Alam Brahma,, mencapai Arahat, Pacceka Buddha, Samma Sambuddha semuanya itu adalah manfaat dari Dana Punna, kekuatan baik, kekuatan bajik dari dana">
Jadilah orang yang bisa di contoh oleh masyarakat dalam berdana. Jangan remehkan perbuatan baik. Meskipun kecil, kebaikan adalah kebaikan. Jangan remehkan kebaikan. Seperti air yang menetes di tempayan, setetes demi setetes, akhirnya akan menjadi penuh.
Selamat berdana, memasuki masa Kathina dengan penuh kebahagiaan. Semoga mencapai kebebasan akan dana yang dilakukan dengan keyakinan kepada Tiratana. Dengan kekuatan kebaikan kita, semoga kita mencapai kebahagiaan.
Unknown Unknown Author

GALERI KATHINA 2560TB/2016 PADEPOKAN DHAMMADIPA ARAMA



 








Unknown Unknown Author

Ulasan SPD 2016 (1)


Unknown Unknown Author

ULASAN SPD 2016


Unknown Unknown Author

Keakraban Anggota


Unknown Unknown Author

Kematian menurut Dhamma

1)      Aniccā vata saṅkhārā
Uppāda-vaya-dhammino
Uppajjitvā nirujjhanti
Tesaṁ vūpasamo sukho

2)      Sabbe sattā maranti ca
Mariṁsu ca marissare
Tathevāhaṁ marissāmi
Natthi me ettha saṁsayo.


2 bait kata-kata suci ini adalah isi dari Pamsukula Gatha dalam bagian Paritta Avamangalla. Seperti yang kita tahu, saudaraku dalam Dhamma, kita membacakan paritta ini untuk memperingati kematian ntah saudara atau kerabat kita.

Beberapa minggu ini, ntah mengapa, banyak sekali terdengar berita orang-orang yang meninggal semenjak dari acara Pattidana di vihara hingga kemarin. Kemarin, hari Minggu 17 April 2016, saya menyempatkan ke Vihara untuk memimpin pembacaan permohonan sila kepada Samanera sebelum membacakan paritta Avamangalla atas meninggalnya papa dari seorang umat dan memperingati 100 tahun meninggalnya seorang bapak. Sungguh suatu kesempatan baik bagi saya dapat mendengarkan sedikit wejangan dari Samanera. Dalam kesempatan ini, saya akan mengulang sedikit apa yang dibabarkan oleh Samanera. Semua hal ini sebenarnya telah dibabarkan oleh Guru Agung Kita yaitu Sang Buddha sendiri.

Kematian. Kata ini sering diartikan sebagai hal negative. Ketika mendengar kata ini, timbul berbagai perasaan yang tidak enak, sedih, khawatir, kehilangan, dll. Ketika melihat orang yang meninggal kita bersedih dan bahkan menangis. Ya, menangis meratapi kepergian orang yang kita sayang. Dalam kenyataan, kehilangan orang yang dekat dengan kita merupakan hal yang tidak mengenakkan. Namun, sebagai umat Buddhis yang mempelajari Dhamma, kita hendaknya melihat kematian dalam artian yang berbeda. Kematian itu hal yang pasti, tiada yang bisa terhindar dari kematian. Sedangkan kelahiran itu hal yang tidak pasti, karena setelah lahir sebagai manusia, disanalah penderitaan kita dimulai.

Dalam Pamsukula Gatha, kita bisa membaca bahwa segala bentukan tiada kekal adanya, bersifat timbul dan tenggelam; setelah timbul akan lenyap. Padamnya bentukan-bentukan adalah kebahagiaan. Ini adalah hokum yang tidak bisa kita tolak lagi. Ketika timbul pasti akan lenyap, begitu juga dengan ketika kita dilahirkan pasti ada yang namanya kematian. Namun, apakah berarti setiap kita dihampiri kematian orang yang kita sayangi, kita harus bersedih??? Kematian tidaklah harus dihadapi dengan kesedihan karena kematian itu tidak terjadi sekali saja.

Bait kedua dari Pamsukula Gatha dapat diartikan bahwa semua makhluk mengalami kematian. Mereka telah mengalami kematian, dan akan mengalami kematian lagi. Demikian pula, saya pasti mengalami kematian. Tiada keraguan bagiku tentang hal ini. Dalam agama Buddha, kita tahu ada 31 alam kehidupan. Dalam hidup ini, sebelum kita mencapai Nibanna, maka kita akan berputar pada roda kehidupan dalam 31 alam itu. Dengan kata lain, mungkin sudah puluhan bahkan ribuan kali kita mengalami lahir mati itu. Maka, benar, untuk apa kita bersedih, kematian itu hal yang wajar, tidak bisa kita tolak. Namun, jangan disalahkan artikan, kematian itu bukan akhir dari segalanya. Kematian itu awal dari sebuah kehidupan baru. Kematian itu sejenak membebaskan kita dari roda penderitaan dalam hidup kita. Maka dari itu, Samanera menjelaskan bahwa  sebenarnya kelahiran itu tidaklah harus dirayakan dengan semeriah mungkin karena ketika kita lahir maka disitulah kita berhadapan dengan penderitaan kita.

Segala sesuatu adalah tidak kekal adanya. Di saat kita mati, kita tidak akan membawa apa-apa. Maka dari itu, dalam hidup hendaknya kita tidak melekat pada suatu hal karena itu hal yang percuma dan akan menambah penderitaan kita. Penderitaan karena perputaran roda kehidupan hanya akan berakhir ketika kita menemukan apa yang kita sebut sebagai Nibanna. Tidak ada orang yang tahu bagaimana Nibanna itu dan memang Nibanna tidak perlu digambarkan secara bermacam-macam. Yang perlu kita lakukan, melatih hidup kita dengan selalu berbuat baik, berdana, melakukan apa yang tertulis dalam Sila, maka suatu saat kita akan mencapai Nibanna itu sendiri. Kalaupun belum saatnya mencapai Nibanna, paling tidak dengan berbuat kebajikan kita bisa memperoleh kebahagiaan itu sendiri.


Dalam salah satu Paritta lain, dijelaskan bahwa tua, sakit, dan mati itu hal yang wajar. Hidup itu kita berasal dari karma yang telah kita pupuk. Kita mewarisi karma kita sendiri, lahir di kehidupan selanjutnya juga dari karma kita sendiri. Jadi tidak ada namanya kita sakit atau mendekati kematian terus menyalahkan orang lain karena apa yang kita lakukan itulah yang akan kita tuai. Untuk menutup sharing saya ini, saya akan menuliskan setitik pencerahan dari Dhammapada Bab XVIII Mala Vagga (Noda-Noda):

235. Sekarang anda seperti daun kering yang kuning dan layu; angina yang lembut pun dapat merobohkan anda. Ajalmu sudah dekat, anda berada di pintu kematian, tetapi anda tidak membawa bekal apa pun.

236. Buatlah pulau pelindung bagi dirimu sendiri, bergegaslah dengan sungguh-sungguh untuk menekuni Dhamma dan mencapai kebijaksanaan, bebas dari noda dan nafsu keingingan, mencapai tempat kediaman para orang suci.

237. Pada saat akhir kehidupan telah mendekat, sebentar lagi menghadap raja kematian (Yama), tiada tempat untuk beristirahat dalam perjalanan, anda tampaknya tidak memiliki bekal apa pun.

238. Buatlah pulau pelindung bagi dirimu sendiri, bergegaslah dengan sungguh-sungguh untuk menekuni Dhamma dan mencapai kebijaksanaan, bebas dari noda dan nafsu keingingan, anda tidak akan kembali terjerumus dalam lingkaran kehidupan dan kematian lagi.

Lahir adalah awal dari penderitaan. Kematian adalah hal yang pasti. Namun diantara kelahiran dan kematian, kita harus menjalani kehidupan kita. Penderitaan muncul karena kita dilahirkan, tapi bukan berarti kita tidak bisa berbahagia. Selagi kita hidup, kita bisa melakukan hal-hal yang baik, salah satunya mempelajari Dhamma. Ketika kita sadar dalam mempelajari Dhamma itu sendiri, maka disanalah kita bisa menemukan kebenaran dan kebijaksanaan. Ketika kita hidup, dengan melakukan berbagai kebajikan, penderitaan kita bisa semakin berkurang. Saya pun pada saat saya masih kelas 3 SD harus kehilangan papa saya, dan ketika Desember 2012 kemarin mama saya pun pergi. Sedih, ya awalnya saya juga sedih dan galau. Namun, ketika saya kembali menemukan kebenaran dalam Dhamma ketika saya aktif kembali di vihara, saya memutuskan untuk sebisa mungkin melupakan kesedihan itu dan memperbanyak kebajikan saya. Saya pun juga sering belajar Dhamma itu sendiri dan memang benar disanalah saya mulai menemukan kebenaran. Dari sini, saya menemukan ketenangan hati, bahagia yang bukan hanya sementara tapi bahagia dalam batin.


Sebagai umat Buddhis yang baik, ketika kita menemukan orang yang kita sayang meninggal, jangan terlalu meratapi segalanya dengan kesedihan. Kita bisa menambah kebajikan dengan mengundang Bhikkhu untuk membacakan Paritta Avamangalla, dan melakukan dana sebagai pelimpahan jasa bagi sanak saudara yang telah meninggalkan kita. Selain itu, dalam kehidupan kita sehar-hari, kita bisa menambah kebajikan-kebajikan kita. Dan satu hal yang pasti, hadapi kematian dengan kesiapan hati tanpa rasa takut karena kematian bukan akhir dari segalanya. Dengan setitik pencerahan ini, semoga semua orang yang mengalami kesedihan bisa lebih kuat dan menerima segala sesuatu sesuai dengan yang ada dalam Dhamma. Semoga makhluk-makhluk yang meninggal pun bisa terlahir kembali ke alam yang lebih bahagia. Semoga semua makhluk hidup dengan bahagia. SADHU3X. (Jika ingin lebih mendalami Dhamma lagi, jangan lupa hadir di acara Sebulan Pendalaman Dhamma di Yayasan Samaggi Viriya mulai 22 April hingga 21 Mei 2016)
Unknown Unknown Author

Stupa Borobudur


Unknown Unknown Author

Quote 15


Unknown Unknown Author

Quote 14


Unknown Unknown Author

Quotes 13


Unknown Unknown Author

MAGHA PUJA 2559/2016

Pada Saat zaman Buddha Gautama, terjadi pertemuan agung yang didukung oleh 4 faktor peristiwa yang istimewa dan menjadi dasar peringatan Magha Puja.

Empat peristiwa tersebut adalah:
1. Berkumpulnya 1250 orang bhikku tanpa pemberitahuan terlebih dahulu
2. Mereka semua telah mencapai tingkat kesucian dan memiliki abhinna
3. Para Bhikkhu ditahbiskan dengan Sang BuDdha mengucapkan 'EHI BHIKKHU'
4. Sang Buddha membabarkan Ovadapattimokkha kepada para bhikkhu

Dari Empat peristiwa tersebutlah Hari raya Magha Puja bermula.
So, Youth of Samaggi Viriya mengucapkan Selamat Hari Raya Magha Puja 2559 / 2016.
Unknown Unknown Author

Quote 12


Unknown Unknown Author

Quote 11


Unknown Unknown Author

QUOTE 10


Unknown Unknown Author

QUOTE 9


Unknown Unknown Author

Refleksi Diri Sendiri


Kalau seseorang mau melihat dirinya dengan jujur dan benar, maka akan diketahui bahwa dari diri sendirilah semua masalah dan ketegangan itu timbul. Oleh diri sendirilah penderitaan muncul dan oleh diri sendirilah penderitaan dapat dihilangkan. Sang Buddha dalam kitab Dhammapada mengatakan bahwa ‘ Pikiran adalah pelopor, pikiran adalah pemimpin, bila seseorang berbuat dengan pikiran bajik, maka kebahagiaan yang akan diperolehnya, sebaliknya bila seseorang berbuat dengan pikiran yang buruk, penderitaaanlah yang akan diperolehnya’. Sehingga hanya orang yang dapat MENGENDALIKAN PIKIRANNYA- lah yang dapat mendapatkan kebahagiaan. Jaman boleh saja berubah, fasilitas dan sarana boleh saja bertambah maju dan modern, namun dari dahulu kala hingga saat ini semua permasalahan manusia selalu berawal dari pikirannya sendiri. Pikiran yang tidak pernah dilatih pasti selalu menimbulkan masalah. Oleh sebab itu kalau seseorang menyadari dengan baik, dia tidak akan menyalahkan orang lain atas segala kondisi yang ada, sehingga tidak akan pernah ada ketegangan-ketegangan dan kebosanan dalam hidupnya. Mulai Belajar Jaga Pikiran Yuk !
Unknown Unknown Author

QUOTE 8


Unknown Unknown Author

Selamat Tahun Baru Imlek 2567/2016


Unknown Unknown Author

Quote 7


Unknown Unknown Author

Kunjungan Sayadaw U Pandita

Kunjungan Sayadaw U Pandita ke Yayasan Samaggi Viriya
Unknown Unknown Author

4 Kebahagiaan Utama menurut Agama Buddha



4 Kebahagiaan Utama menurut Agama Buddha
Oleh: Indra Kurniawan
Minggu, 31 Januari 2016, Yayasan Samaggi Viriya kembali dihadiri oleh Master Meditasi dari Myanmar yaitu Y.M. Sayadaw U Pandita. Para umat sangat antusias mengikuti dari awal puja bakti hingga saat-saat Dhammadesana. Walaupun sempat hujan pada pagi hari, para umat patut diacungi 2 jempol karena antusiasme yang luar biasa. Dalam kesempatan ini, Y.M. Sayadaw terlihat sangat tenang dalam membawakan Dhammadesana hari ini, namun dibalik ketenangan tersebut beliau menyampaikan suatu materi yang begitu penting dan berbobot. Tema Dhammadesana kali ini yaitu 4 Kebahagiaan menurut agama Buddha. Pada kesempatan ini, perkenankanlah saya untuk merangkum apa yang telah disampaikan beliau tadi pagi.
Saudaraku yang terkasih dalam Dhamma, jika berbicara soal kebahagiaan, setiap orang pasti dengan begitu bangga menyatakan bahwa tujuan hidupnya adalah bahagia. Setelah itu, mereka akan dengan begitu semangatnya menggambarkan kebahagiaan seperti apa yang mereka idam-idamkan. Ada yang bilang bahwa kalau bisa berkumpul dengan keluarganya dalam waktu yang lama adalah kebahagiaan tersendiri bagi dia. Ada juga yang menggambarkan jika kebahagiaan itu jika bisa mendapatkan banyak uang. Ya, semua gambaran itu boleh-boleh saja. Tapi, bahagia dalam ajaran Buddha tidak sesimple itu. Bahagia atau disebut SUKHA dalam agama Buddha bisa dikelompokkan menjadi 4 macam kebahagiaan.
            Bahagia yang pertama disebut sebagai atthi-sukha. Atthi-sukha bisa diartikan seperti ini, yaitu di saat kita mendapatkan sesuatu yang kita ingini, maka di saat itulah kita merasa bahagia. Namun, harus digaris-bawahi bahwa untuk mendapatkan apa yang kita mau itu diperlukan cara yang benar. Sebagai contoh, untuk dapat melakukan puja dengan baik kepada Buddha, kita membutuhkan suatu sarana berupa sebuah Vihara. Vihara yang bagus bukan hanya dilihat dari banyak atau tidaknya umat yang datang. Kebersihan, kenyamanan, ketenangan yang dapat diberikan oleh vihara sebagai tempat ternyaman untuk belajar Dhamma harus diperhatikan.
            Contoh yang lain, ketika kita ingin belajar Dhamma, maka agar kita bisa mendapatkan ilmu yang berguna dan tepat, maka diperlukan guru yang tepat pula. Tepat disini, dalam artian bahwa guru yang berpengalaman, guru yang berilmu dalam hal ini memahami Dhamma dengan baik, dan kriteria-kriteria yang lain. Ketika kita mendapatkan guru yang tepat untuk membina ilmu, disitulah pengetahuan benar menyertai hidup kita. Y.M. Sayadaw menekankan bahwa disaat kita bisa mendapatkan apa yang kita inginkan, maka disanalah kebahagiaan akan muncul. Begitu pula sebaliknya, jika kita tidak mendapatkan apa yang kita kehendaki, maka disanalah timbul penderitaan. Penderitaan itu bisa dilihat ketika kita merasa sedih atau kecewa. Seperti yang telah saya sebutkan barusan, bahwa kebahagiaan yang diinginkan tiap orang berbeda-beda satu sama lain. Namun, sebagian besar orang berpikiran bahwa ketika mereka mendapatkan kekayaan maka itulah saat mereka merasa bahagia. Ajaran Buddha tidak berhenti seperti itu saja. Ketika kita mendapatkan sesuatu terutama kekayaan dengan cara yang salah, tidak akan ada yang namanya bahagia. Mendapatkan sesuatu yang kita ingini dengan cara yang tepat atau benar dan kita merasa bahagia itulah athhi-sukha.
            Kebahagiaan yang kedua disebut bogha-sukha. Bogha-sukha berhubungan dengan kebijaksanaan. Kebijaksanaan dalam hal apa? Ketika kita mendapatkan suatu kekayaan atau asset dan kita tidak bisa mengelolanya dengan baik, maka berapapun uang yang kita miliki pasti akan habis. Percaya atau tidak percaya, banyak kasus yang bisa dijadikan fakta. Lalu, apakah kita tidak boleh menggunakan uang atau kekayaan kita sama sekali agar kita bahagia? Tidak begitu juga.
            Kebahagiaan dalam bogha-sukha dapat kita rasakan ketika kita bisa secara bijak menggunakan kekayaan kita untuk perbuatan jasa. Jasa yang paling mudah kita lakukan yaitu berdana. Berdana adalah suatu karma baik yang sangat bermanfaat bagi kita. Ketika kita berdana, kita akan merasakan kebahagiaan. Begitu pula dengan orang yang menerima dana dari kita. Dalam Dhammapada Yamaka Vagga (1 : 16), dengan jelas dituliskan bahwa ‘Dalam kehidupan ini ia berbahagia, dalam kehidupan yang akan datang ia juga berbahagia, dalam kedua alam kebahagiaan si pembuat jasa kebaikan berbahagia. Ia bergembira dan berbahagia menyaksikan buah dari perbuatannya yang baik.’
Pertanyaannya, ketika kita tidak memiliki banyak uang, apakah kita masih berdana? Saudaraku yang terkasih dalam Dhamma, berdana tidaklah selalu berarti mendanakan uang kita. Berdana dapat dilakukan dengan berbagai cara. Mendanakan energy kita untuk menolong saudara kita yang membutuhkan bantuan juga merupakan dana. Ketika kita melakukan diskusi kelompok, kita bisa mensharingkan ilmu atau ide-ide kita untuk menghasilkan suatu keputusan bersama. Itu juga merupakan dana. Saudara-saudaraku, berdana itu hal yang sangat indah. Namun, kembali lagi ke pribadi setiap orang karena berdana itu membutuhkan kemauan. Berdana itu berbekal tekad, bahkan kadang kala bisa disertai dengan kerelaan untuk mengorbankan sesuatu bagi orang lain. Ketika kita mendapatkan apa yang kita mau kita merasa bahagia. Begitu pula halnya, ketika kita bisa membagikan sesuatu itu untuk kebaikan banyak makhluk maka kebahagiaan yang lebih hebat lagi akan menaungi hidup kita. Ya, inilah bogha-sukha.
Bahagia yang ketiga, yaitu anana–sukha. Kebahagiaan akan bisa kita rasakan ketika kita terbebas dari hutang. Ya, hutang dalam jumlah yang banyak bisa menjadi mimpi buruk bagi kita jika kita pada akhirnya tidak mampu melunasi semua hutang tersebut. Ketika hal itu benar-benar terjadi, maka dipastikan bahwa penderitaan akan selalu mendatangi kita. Ketika kita mau tidur, kita teringat akan hutang kita. Berangkat ke kantor, teringat lagi akan hutang. Ketemu teman, pertanyaan yang diajukan, ‘Bagaimana, apakah kamu sudah ada uang untuk melunasi hutangmu?’ Ohh, betapa tak nyamannya hidup anda jika anda dihantui dengan persoalan hutang.
Lalu, apakah dengan kata lain sebagai umat Buddha, kita tidak diperbolehkan untuk memulai bisnis? Oh, sangat boleh saudaraku, tiada larangan akan hal tersebut. Ketika kita ingin memulai suatu usaha, dan ternyata modal yang kita butuhkan besar, tiada larangan untuk melakukan pinjaman. Namun, ketika kita meminjam uang kepada teman atau kerabat kita, hendaknya, secepatnya pula kita bisa mengembalikannya. Ketika kita telah mengembalikan uang yang kita pinjam, pikiran menjadi lebih tenang dan disitulah kebahagiaan akan muncul. Hiduplah tanpa keserakahan, bayarlah hutang secepatnya maka kebahagiaan akan datang pada anda.
Bahagia yang terakhir yaitu anavajja-sukha. Anavajja-sukha merupakan kebahagiaan yang tertinggi yang bisa kita dapatkan ketika kita bisa melatih diri kita dalam Bhavana (meditasi). Melatih Bhavana berarti melatih batin atau pikiran kita untuk tenang. Tidak bosan-bosannya, saya mengulang apa yang diajarkan Buddha, bahwa pikiran itu pelopor, pikiran mendahului semua kondisi batin, segalanya diciptakan oleh pikiran. Dengan kata lain, apa yang anda pikirkan secara terus-menerus dan anda yakini akan mencetak diri anda sesuai dengan pikiran tersebut.
            Pikiran itu SANGAT PENTING dan 88% pikiran yang aktif dalam diri kita itu pikiran bawah sadar kita. Dalam diri kita ada suatu hal yang mungkin kadang kala tidak kita perhatikan dengan seksama yaitu batin kita. Batin yang tenang akan membuat kita hidup dengan nyaman, dalam hal ini bisa kita sebut sebagai pure mind . Bagaimana caranya buat hidup dengan senyaman mungkin?. Cara paling mudah yaitu dengan latihan Bhavana atau meditasi.
Pikiran itu perlu anda latih, perlu anda kelola. Ketika anda tidak mengelola pikiran serta batin anda, maka anda tak akan pernah mendapatkan kondisi pure mind. Tanpa kita sadari, ketika kita memikirkan hal yang negative, maka di saat itu pula energy kita akan turun. Kita akan menjadi lemas, letih, tak bertenaga. Ketika kita rajin melatih diri kita dalam Bhavana, maka lama-lama kita akan menuai hasilnya. Mungkin sebelum anda rajin bermeditasi, anda adalah orang yang kasar, grusah-grusuh, atau sombong, tanpa anda sadari lambat laun anda berubah lebih tenang, lebih sabar, dan lebih baik. Latihlah terus meditasi itu dan anda akan mendapatkan apa yang disebut dengan kebahagiaan tertinggi, anavajja-sukha.
Pikiran tenang mendatangkan kenyamanan, memperkuat kebijaksanaan. Dan sekali lagi, pikiran negatif menguras energi anda. Pikiran positif akan mengubah hidup anda, apa yang anda pikirkan terus menerus, percaya atau tidak, akan menjadikan anda seperti yang anda pikirkan. Sebagai penutup artikel ini, bahagia dapat memiliki makna yang bermacam-macam sesuai dengan yang anda inginkan. Namun, dikala kita kesulitan menemukan kebahagiaan sesuai dengan yang apa yang kita inginkan, ayo kita bersama-sama memahami serta mengingat kebahagiaan yang telah Sang Buddha babarkan kepada kita semua. Semoga anda semua dapat merasakan kebahagiaan sejati. Bahagia dalam kehidupan sekarang, bahagia di kehidupan mendatang. Dan, tak lupa bahagiakan pikiran anda dengan berlatih meditasi. SABHE SATTA BHAVANTU SUKHITATTA. SADHU3X
Unknown Unknown Author

Give Our Best


Di dunia ini, sulit mencari orang yang menginginkan sesuatu yang buruk. Semua orang pasti menginginkan yang terbaik. Sesuatu itu, baik berupa barang, pelayanan, penghormatan, dan nasihat serta segala macam keperluan lainnya. Sayangnya, tidak jarang segala sesuatu yang terbaik —yang diinginkan oleh setiap orang tersebut— tidak kunjung tiba. Sebaliknya hal-hal yang buruk, bahkan yang paling buruk menurut anggapan kita, yang kita terima.
Di samping kesulitan mencari yang terbaik —menurut anggapan kita sendiri yang batasannya tidak sama— juga ada jenis kesulitan lainnya. Sangat sulit mencari orang yang mampu memberikan sesuatu yang terbaik. Demikianlah, mendapatkan yang terbaik dan memberikan yang terbaik kepada orang lain merupakan dua hal yang sulit dicari.
Manusia yang memiliki sifat serakah (lobha) menyebabkan mereka tidak akan pernah merasa cukup dan merasa puas dengan apa yang sudah ia miliki. Semua orang hanya menginginkan yang terbaik dari orang lain, tetapi tidak pernah mau memberikan yang terbaik kepada orang lain sesuai dengan kebutuhan orang itu.
Apabila tindakan di atas kita lalaikan, maka sulit untuk mendapatkan hal yang terbaik, yang kita inginkan. Kita selalu merasa kurang dan tidak mengerti apa yang sesungguhnya yang terbaik, yang kita miliki.
Bagaimana mungkin kita dapat memberikan sesuatu yang terbaik kepada orang lain jika kita tidak tahu sesuatu yang baik,yang kita miliki. Kita tidak bisa memberi kepada orang lain jika kita tetap merasa selalu kekurangan.
Sebaliknya, jika kita memberikan yang terbaik untuk orang lain, apakah sesuatu yang terbaik yang dapat kita berikan? Apakah kita memiliki hal yang terbaik tersebut? Apakah kita tahu sesuatu yang baik itu?
Jawabannya tergantung pada kita masing-masing. Karena ada orang yang memiliki sesuatu yang terbaik tetapi dia sendiri tidak mengetahuinya dan tidak mampu memberikannya. Hal ini disebabkan karena kemelekatan orang itu sendiri.
Semua orang boleh saja berkata;
“Apa yang bisa saya berikan? Saya orang miskin, tidak punya apa-apa, kaum papa, orang bodoh, dan selalu kalah. Tidak ada yang bisa saya berikan”.
Ucapan yang demikian seharusnya tidak perlu muncul karena akan mengembangkan rasa rendah diri, merasa pesimis. Ucapan seperti ini sama sekali tidak pantas, tidak sesuai.
Kita boleh mengaku sebagai orang yang miskin, tidak punya, kaum papa, orang bodoh, orang yang selalu kalah atau yang lainnya. Tetapi di balik semuanya itu, sesungguhnya masih banyak yang bisa kita berikan sebagai pemberian yang terbaik, asal kita melihat dan mengerti cara memberikannya.
Kita tidak punya materi, tetapi kita masih memiliki yang lainnya. Kita dapat memberikan pikiran yang baik, yang tidak diliputi keserakahan dan kebencian. Kita bisa memberikan nasihat, petunjuk, saran-saran, anjuran, dan yang sejenis. Inilah pemberian yang terbaik yang mampu kita berikan.
Apakah perbuatan yang telah kita lakukan kepada orang lain tersebut akan dibalas dengan kebaikan atau tidak? Ini merupakan masalah yang sering menjadi dilema.
Janganlah mengharapkan balasan, pamrih atau akibat yang akan diterima terlebih dahulu. Jika dibalas dengan kebaikan, terimalah sebagaimana adanya. Jika dibalas dengan perhuatan buruk, itupun kita terima dengan tangan terbuka, juga tidak menjadi masalah. Semuanya tidak kita harapkan sebelumnya.
Bila kita memiliki sesuatu yang terbaik dan memberikan yang terbaik kepada orang lain, mengapa harus menuntut balasan yang terbaik? Perbuatan ini telah menunjukkan sifat manusia yang serakah, tidak ikhlas dalam membantu orang lain karena mengharapkan balasan. Apakah kita tidak mau disebut sebagai manusia serakah? Tentu saja, tidak!
Tanpa dimintapun, bila perbuatan baik pasti akan mendatangkan kebahagiaan dan perbuatan buruk akan menghadirkan penderitaan. Ini sudah merupakan hukum alam yang abadi, berlaku kapan saja, di mana saja, dan kepada siapa saja; tanpa memandang segala macam perbedaan yang ada.
Dengan kenyataan tersebut, sudah seharusnya kita
memberikan sesuatu yang terbaik kepada setiap orang yang sesungguhnya juga dibutuhkan oleh semua orang. Kalau orang bisa melakukan, maka dia akan mengerti bahwa ada sesuatu yang terbaik di dalam dirinya.
Sesuatu hal yang mustahil jika seseorang dapat memberikan sesuatu yang terbaik kepada orang lain tanpa memiliki yang terbaik di dalam dirinya. Dengan memberikan yang terbaik kepada orang lain, orang dapat mengikis keserakahan yang ada di dalam dirinya sendiri.
Dengan memberikan yang terbaik, kita akan merasa bahagia walaupun pemberian tersebut bukan berupa materi. Kita akan memiliki sahabat yang banyak, tidak ada perasaan cemas, takut, khawatir, dan prasangka buruk yang lainnya. Kehidupan kita akan penuh dengan kedamaian, ketentraman, kebahagiaan dan kesejahteraan.
Ini semua adalah akibat dari perbuatan baik yang kita praktikkan dalam kehidupan ini. Apalagi jika telah menyadari kebenaran Hukum Kamma yang telah ditunjukkan oleh Sang Buddha —Guru Agung junjungan kita— sejak 2500 tahun yang silam, tentunya kita semua tidak ingin mendapatkan hal-hal yang buruk di masa yang akan datang.
Kita semua mengharapkan segala sesuatunya lebih baik dari hari ini. Jika kita ingin yang baik di masa yang akan datang, marilah kita menanam perbuatan baik terlebih dahulu di masa sekarang. Jangan hanya berharap tapi tanpa pernah menanam. Tidak ada buah yang akan dipetik tanpa bibit yang ditanam.
Siapkan diri anda untuk menanam (memberikan) yang terbaik kepada orang lain dan anda pasti akan menerima yang terbaik di masa yang akan datang? Apakah anda sudah siap sekarang.


Oleh: Yang Mulia Bhikkhu Sucitto
artikelbuddhis.com

Unknown Unknown Author

PANCASILA BUDDHIS

(Ashin Pannadipa)




Unknown Unknown Author

Kunjungan Guru Meditasi Myanmar SAYADAW U PANDITA


Hai YSVers, kesempatan kali ini redaksi YSV akan membagikan informasi mengenai salah satu guru meditasi yang sudah menjalani kebhikkhuannya sejak 1984. Beliau adalah Sayadaw U Pandita, kunjungan beliau di Kota Malang, tepatnya di Padepoka Dhammadipa Arama Batu. Beliau mengajarkan meditasi dan memberikan dhamma singkat saat berada di sana. 


Hal yang berjodoh kita dapat bertemu beliau, karena beliau menyediakan waktu untuk berkunjunga dan memberikan ceramah dhamma di Yayasan Samaggi Viriya. Beliau banyak menceritakan keadaan-keadaan yang kta alami saat bermeditasi dan bagaimana cara mengatasinya. Sungguh luar biasa pengetahuan dhammanya mengenai meditasi, sehingga sangat bermanfaat bagi kami yang mendengarkannya.
Untuk mengenal lebih jauh kami sedikit berikan cerita profil singkat beliau, yuk Disimak !

 





PROFIL SAYADAW U PANDITA
Kepala Dhamma Sukha Meditation Center adalah mahasiswa Paling Tua Mahasi Sayadaw dan Sayadaw U Pandita Bhivamsa off Mahasi Centre, Rangoon Myanmar (Burma).Sayadaw U Pandita lahir di Yankin kota, Yangon, Myanmar. Pada tahun 1979,Sayadaw ditahbiskan sebagai samanera dan menjadi menjadi dewasa bhikkhu penuh pada tahun 1984di bawah bimbingan Sayadaw U Pandita Bhivamsa. Sayadaw telah melakukan latihan meditasi yang luas dan memegang gelar BA dalam Buddhaliteratur.

Sayadaw, seorang guru meditasi Burma dengan baik dan sangat dihormati
dan telah melakukan kelas meditasi di terkenal Panditarama Meditation Centre di Rangoon, Myanmar dan juga internasional di Amerika Serikat, Malaysia, Indonesia dan Australia.

Sayadaw adalah Kepala Resident biksu di Malaysia Buddha Meditation Centre(Penang) dan mendirikan program Novisiat tahun 2000. Sayadaw melakukan Program novisiat hingga tahun 2003 sebelum memulai Dhamma Sukha Meditation Centre di Melbourne, dan mendirikan Manohara Forest Meditation Centre, Plenty, Victoria, Australia
Sayadaw menggunakan bahasa bilingual mampu memberikan petunjuk meditasi dalam bahasa Inggris atau Burma (
bsv.net.au)
 ---

 
Unknown Unknown Author

[NEXT EVENT] 1 JULI 2018

[NEXT EVENT] 1 JULI 2018
DHAMMADESANA o/ Atthasilani KAMANIYASARANI

Contact Us

Youth of Samaggi Viriya

Alamat : Yayasan Samaggi Viriya
Jalan Telaga Bodas A1 Malang

Contact Person
Whatsapp : +6283834256345
Office : 0341-571755

Popular Posts

Search