AN 4:73 Sappurisa sutta (Ciri Orang Jahat)
February 22, 2018
AN 4:73 Sappurisasuttaṃ (Orang Jahat: Pengantin)
“Para bhikkhu, seorang yang memiliki empat kualitas ini dapat dimengerti sebagai seorang jahat. Apakah empat ini?
(1) “Di sini, para bhikkhu, seorang yang jahat mengungkapkan kesalahan-kesalahan orang lain bahkan jika tidak ditanya tentang kesalahan-kesalahan itu, apa lagi jika ditanya. Tetapi ketika ia ditanya tentang kesalahan-kesalahan itu, maka, dengan diarahkan oleh pertanyaan itu, ia akan membicarakan kesalahan-kesalahan orang lain tanpa sela atau pengurangan, secara lengkap dan terperinci. Maka dapat dimengerti: ‘Orang ini adalah orang jahat.’
(2) “Kemudian, seorang yang jahat tidak mengungkapkan kebaikan-kebaikan orang lain bahkan jika ditanya tentang kebaikan-kebaikan itu, apalagi jika tidak ditanya. Tetapi ketika ia ditanya tentang kebaikan-kebaikan itu, maka, walaupun diarahkan oleh pertanyaan itu, ia akan membicarakan kebaikan orang lain dengan sela dan pengurangan, tidak secara lengkap atau secara terperinci. Maka dapat dimengerti: ‘Orang ini adalah orang jahat.’
(3) “Di sini, para bhikkhu, seorang yang jahat tidak mengungkapkan kesalahan-kesalahannya sendiri bahkan jika ditanya tentang kesalahan-kesalahan itu, apa lagi jika tidak ditanya. Tetapi ketika ia ditanya tentang kesalahan-kesalahan itu, maka, walaupun diarahkan oleh pertanyaan itu, ia akan membicarakan kesalahan-kesalahannya dengan sela dan pengurangan, tidak secara lengkap atau secara terperinci. Maka dapat dimengerti: ‘Orang ini adalah orang jahat.’
(4) “Di sini, para bhikkhu, seorang yang jahat mengungkapkan kebaikan-kebaikannya sendiri bahkan jika tidak ditanya tentang kebaikan-kebaikan itu, apa lagi jika ditanya. Tetapi ketika ia ditanya tentang kebaikan-kebaikan itu, maka, dengan diarahkan oleh pertanyaan itu, ia akan membicarakan kebaikan-kebaikannya tanpa sela atau pengurangan, secara lengkap dan terperinci. Maka dapat dimengerti: ‘Orang ini adalah orang jahat.’
“Seorang yang memiliki empat kualitas ini dapat dimengerti sebagai seorang yang jahat.
“Para bhikkhu, seorang yang memiliki empat kualitas [lainnya] ini dapat dimengerti sebagai seorang baik. Apakah empat ini?
(1) “Di sini, para bhikkhu, seorang yang baik tidak mengungkapkan kesalahan-kesalahan orang lain bahkan jika ditanya tentang kesalahan-kesalahan itu, apa lagi jika tidak ditanya. Tetapi ketika ia ditanya tentang kesalahan-kesalahan itu, maka, walaupun diarahkan oleh pertanyaan itu, ia akan membicarakan kesalahan-kesalahan orang lain dengan sela dan pengurangan, [78] tidak secara lengkap atau secara terperinci. Maka dapat dimengerti: ‘Orang ini adalah orang baik.’
(2) “Kemudian, seorang yang baik mengungkapkan kebaikan-kebaikan orang lain bahkan jika tidak ditanya tentang kebaikan-kebaikan itu, apalagi jika ditanya. Tetapi ketika ia ditanya tentang kebaikan-kebaikan itu, maka, dengan diarahkan oleh pertanyaan itu, ia akan membicarakan kebaikan orang lain tanpa sela atau pengurangan, secara lengkap dan terperinci. Maka dapat dimengerti: ‘Orang ini adalah orang baik.’
(3) “Di sini, para bhikkhu, seorang yang baik mengungkapkan kesalahan-kesalahannya sendiri bahkan jika tidak ditanya tentang kesalahan-kesalahan itu, apa lagi jika ditanya. Tetapi ketika ia ditanya tentang kesalahan-kesalahan itu, maka, dengan diarahkan oleh pertanyaan itu, ia akan membicarakan kesalahan-kesalahannya tanpa sela atau pengurangan, secara lengkap dan terperinci. Maka dapat dimengerti: ‘Orang ini adalah orang baik.’
(4) “Di sini, para bhikkhu, seorang yang baik tidak mengungkapkan kebaikan-kebaikannya sendiri bahkan jika ditanya tentang kebaikan-kebaikan itu, apa lagi jika tidak ditanya. Tetapi ketika ia ditanya tentang kebaikan-kebaikan itu, maka, dengan diarahkan oleh pertanyaan itu, ia akan membicarakan kebaikan-kebaikannya dengan sela dan pengurangan, tidak secara lengkap atau secara terperinci. Maka dapat dimengerti: ‘Orang ini adalah orang baik.’
“Seorang yang memiliki empat kualitas ini dapat dimengerti sebagai seorang yang baik.
“Para bhikkhu, Ketika seorang pengantin pertama kali dibawa pulang ke rumah, apakah pada malam hari atau siang hari, pertama-tama ia akan menegakkan rasa malu bermoral dan rasa takut bermoral yang mendalam terhadap ibu mertuanya, ayah mertuanya, suaminya, dan bahkan budak-budaknya, para pekerja, dan para pelayannya. Tetapi setelah beberapa lama, sebagai akibat dari hidup bersama dan keakraban dengan mereka, ia berkata kepada ibu mertuanya, ayah mertuanya, dan suaminya: ‘Pergilah! Engkau tahu apa?’
“Demikian pula, ketika seorang bhikkhu di sini telah meninggalkan keduniawian dari kehidupan rumah tangga menuju kehidupan tanpa rumah, apakah pada malam hari atau siang hari, pertama-tama ia akan menegakkan rasa malu bermoral dan rasa takut bermoral yang mendalam terhadap para bhikkhu, para bhikkhunī, umat awam laki-laki, dan umat awam perempuan, dan bahkan terhadap para pekerja dan para samaṇera di vihara. Tetapi setelah beberapa lama, sebagai akibat dari hidup bersama dan keakraban dengan mereka, ia berkata bahkan kepada gurunya dan penahbisnya: ‘Pergilah! Engkau tahu apa?’
“Oleh karena itu, para bhikkhu, kalian harus berlatih sebagai berikut: ‘Kami aakan berdiam dengan pikiran seperti pengantin yang baru tiba itu.’ Dengan cara demikianlah kalian harus berlatih.”
“Para bhikkhu, seorang yang memiliki empat kualitas ini dapat dimengerti sebagai seorang jahat. Apakah empat ini?
(1) “Di sini, para bhikkhu, seorang yang jahat mengungkapkan kesalahan-kesalahan orang lain bahkan jika tidak ditanya tentang kesalahan-kesalahan itu, apa lagi jika ditanya. Tetapi ketika ia ditanya tentang kesalahan-kesalahan itu, maka, dengan diarahkan oleh pertanyaan itu, ia akan membicarakan kesalahan-kesalahan orang lain tanpa sela atau pengurangan, secara lengkap dan terperinci. Maka dapat dimengerti: ‘Orang ini adalah orang jahat.’
(2) “Kemudian, seorang yang jahat tidak mengungkapkan kebaikan-kebaikan orang lain bahkan jika ditanya tentang kebaikan-kebaikan itu, apalagi jika tidak ditanya. Tetapi ketika ia ditanya tentang kebaikan-kebaikan itu, maka, walaupun diarahkan oleh pertanyaan itu, ia akan membicarakan kebaikan orang lain dengan sela dan pengurangan, tidak secara lengkap atau secara terperinci. Maka dapat dimengerti: ‘Orang ini adalah orang jahat.’
(3) “Di sini, para bhikkhu, seorang yang jahat tidak mengungkapkan kesalahan-kesalahannya sendiri bahkan jika ditanya tentang kesalahan-kesalahan itu, apa lagi jika tidak ditanya. Tetapi ketika ia ditanya tentang kesalahan-kesalahan itu, maka, walaupun diarahkan oleh pertanyaan itu, ia akan membicarakan kesalahan-kesalahannya dengan sela dan pengurangan, tidak secara lengkap atau secara terperinci. Maka dapat dimengerti: ‘Orang ini adalah orang jahat.’
(4) “Di sini, para bhikkhu, seorang yang jahat mengungkapkan kebaikan-kebaikannya sendiri bahkan jika tidak ditanya tentang kebaikan-kebaikan itu, apa lagi jika ditanya. Tetapi ketika ia ditanya tentang kebaikan-kebaikan itu, maka, dengan diarahkan oleh pertanyaan itu, ia akan membicarakan kebaikan-kebaikannya tanpa sela atau pengurangan, secara lengkap dan terperinci. Maka dapat dimengerti: ‘Orang ini adalah orang jahat.’
“Seorang yang memiliki empat kualitas ini dapat dimengerti sebagai seorang yang jahat.
“Para bhikkhu, seorang yang memiliki empat kualitas [lainnya] ini dapat dimengerti sebagai seorang baik. Apakah empat ini?
(1) “Di sini, para bhikkhu, seorang yang baik tidak mengungkapkan kesalahan-kesalahan orang lain bahkan jika ditanya tentang kesalahan-kesalahan itu, apa lagi jika tidak ditanya. Tetapi ketika ia ditanya tentang kesalahan-kesalahan itu, maka, walaupun diarahkan oleh pertanyaan itu, ia akan membicarakan kesalahan-kesalahan orang lain dengan sela dan pengurangan, [78] tidak secara lengkap atau secara terperinci. Maka dapat dimengerti: ‘Orang ini adalah orang baik.’
(2) “Kemudian, seorang yang baik mengungkapkan kebaikan-kebaikan orang lain bahkan jika tidak ditanya tentang kebaikan-kebaikan itu, apalagi jika ditanya. Tetapi ketika ia ditanya tentang kebaikan-kebaikan itu, maka, dengan diarahkan oleh pertanyaan itu, ia akan membicarakan kebaikan orang lain tanpa sela atau pengurangan, secara lengkap dan terperinci. Maka dapat dimengerti: ‘Orang ini adalah orang baik.’
(3) “Di sini, para bhikkhu, seorang yang baik mengungkapkan kesalahan-kesalahannya sendiri bahkan jika tidak ditanya tentang kesalahan-kesalahan itu, apa lagi jika ditanya. Tetapi ketika ia ditanya tentang kesalahan-kesalahan itu, maka, dengan diarahkan oleh pertanyaan itu, ia akan membicarakan kesalahan-kesalahannya tanpa sela atau pengurangan, secara lengkap dan terperinci. Maka dapat dimengerti: ‘Orang ini adalah orang baik.’
(4) “Di sini, para bhikkhu, seorang yang baik tidak mengungkapkan kebaikan-kebaikannya sendiri bahkan jika ditanya tentang kebaikan-kebaikan itu, apa lagi jika tidak ditanya. Tetapi ketika ia ditanya tentang kebaikan-kebaikan itu, maka, dengan diarahkan oleh pertanyaan itu, ia akan membicarakan kebaikan-kebaikannya dengan sela dan pengurangan, tidak secara lengkap atau secara terperinci. Maka dapat dimengerti: ‘Orang ini adalah orang baik.’
“Seorang yang memiliki empat kualitas ini dapat dimengerti sebagai seorang yang baik.
“Para bhikkhu, Ketika seorang pengantin pertama kali dibawa pulang ke rumah, apakah pada malam hari atau siang hari, pertama-tama ia akan menegakkan rasa malu bermoral dan rasa takut bermoral yang mendalam terhadap ibu mertuanya, ayah mertuanya, suaminya, dan bahkan budak-budaknya, para pekerja, dan para pelayannya. Tetapi setelah beberapa lama, sebagai akibat dari hidup bersama dan keakraban dengan mereka, ia berkata kepada ibu mertuanya, ayah mertuanya, dan suaminya: ‘Pergilah! Engkau tahu apa?’
“Demikian pula, ketika seorang bhikkhu di sini telah meninggalkan keduniawian dari kehidupan rumah tangga menuju kehidupan tanpa rumah, apakah pada malam hari atau siang hari, pertama-tama ia akan menegakkan rasa malu bermoral dan rasa takut bermoral yang mendalam terhadap para bhikkhu, para bhikkhunī, umat awam laki-laki, dan umat awam perempuan, dan bahkan terhadap para pekerja dan para samaṇera di vihara. Tetapi setelah beberapa lama, sebagai akibat dari hidup bersama dan keakraban dengan mereka, ia berkata bahkan kepada gurunya dan penahbisnya: ‘Pergilah! Engkau tahu apa?’
“Oleh karena itu, para bhikkhu, kalian harus berlatih sebagai berikut: ‘Kami aakan berdiam dengan pikiran seperti pengantin yang baru tiba itu.’ Dengan cara demikianlah kalian harus berlatih.”